Jumat, 30 Oktober 2015

Karyawan Adalah Aset Tertinggi Perusahaan Yes Or No

Dalam dunia kerja kita sebagai karyawan suatu perusahaan pasti sering mendengar kata-kata "karyawan adalah aset perusahaan/manusia adalah aset tertinggi perusahaan",  bahkan hampir semua karyawan sudah familiar dengan kata-kata tersebut, kalimat tersebut dapat membuat dampak positif dan dampak negatif dalam pekerjaan. sebelum membahas kalimat "karyawan adalah aset perusahaan /manusia adalah aset tertinggi perusahaan" pembaca harus mengetahui dari kalimat karyawan dan aset. maka arti tersebut saya dapatkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
 

 Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia:
karyawan/kar·ya·wan/n orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah); pegawai; pekerja;
-- lepas pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak kerja (dalam waktu tertentu); karyawan tidak tetap; pegawai harian;
-- manajerial orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan perintah;
-- operasional orang yang secara langsung harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan
-- tetap pegawai yang bekerja di suatu badan (perusahaan dan sebagainya) secara tetap berdasarkan surat keputusan;
-- tidak tetap karyawan lepas
aset /asét/ n 1 sesuatu yang mempunyai nilai tukar; 2 modal; kekayaan: -- perusahaan; gerakan rakyat yang memerdekakan bangsa merupakan -- nasional;
Mendengar atau membaca kalimat itu tentunya kita sebagai karyawan sangat bangga, sangat merasa dihargai, di sanjung dan banyak juga karyawan yang berfikir bahwa perusahaan sangat care dan memperhatikan karyawan. sehingga muncul hal positif dan negatif dalam pemikiran karyawan
Karyawan yang berpikiran hal positif akan melakukan : 
  1. karyawan akan bekerja dengan dengan sebaik-baiknya, 
  2. karyawan akan royal terhadap perusahaan.
tetapi di balik hal positif pasti terdapat hal negatif dari karyawan,yaitu:
  1. karena merasa sebagai aset perusahaan mereka berlaku seenaknya
  2. karena merasa sebagai aset perusahaan karyawan merasa dibutuhkan dan sebaliknya menyerang perusahaan dengan banyak tuntutan tetapi sedikit bekerja.(tidak semua karyawan berlaku seperti ini tetapi ada)
Pada suatu ketika saya tergabung didalam TEAM CEO OFFICE dalam suatu perusahaan swasta. secara kebetulan President Director yang inisial namanya JSE memberikan saya pengetahuan tentang hal yang saya pertanyakan selama ini. (beliau pintar,berpendidikan,berwibawa,bijaksana, pengalaman tidak usah diragukan lagi) Saya beruntung pernah menjadi bagian dalam team beliau dan saya sangat mengagumi beliau dalam segala hal, selalu mempunyai ide dan pemikiran baru (OUT OF THE BOX).
Beliau berbicara kepada TEAM CEO OFFICE dan dalam beberapa tulisannya beliau berpendapat:
Faktor Manusia (Man) jadi jargon sebagai ASET TERTINGGI.
Masuk akal kan? Manusia sebagai sang pemikir, perencana, pengelola, dan pada akhirnya merupakan inti dari yang menghasilkan. Maka jangan heran, kalimat ini sering dikemukakan para pimpinan di semua level, termasuk oleh para pemilik perusahaan.
Tetapi kenyataannya, kenapa sebagian karyawan (pada semua level) banyak mengeluh, kalimat tersebut seringkali tidak sama seperti apa yang mereka rasakan. Ada perasaan tidak berguna, dimarginalkan, ditempatkan pada posisi tidak penting, dan bahkan dengan ‘mudah’nya terjadi proses pemutusan hubungan kerja.
Mari kita mencoba mengerti kalimat itu sekali lagi : “MANUSIA adalah ASET tertinggi perusahaan”. Dari semua faktor penting di atas, hanya Manusia yang dapat berpikir, selain bekerja juga dapat berperan sebagai inovator dan motivator, bahkan faktor Manusia –dalam prosesnya– memastikan perputaran faktor-faktor lainnya (Money, Method, Material, dan Machine).
Kembali ke pengertian kata ASET; dalam klasifikasi sederhana, semua aset dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kondisi, yaitu:
  
  • Productive Asset 
  • Iddle Asset 
  • Broken Asset

Mari kita introspeksi diri, kita dalam klasifikasi yang mana:
  • PRODUCTIVE ASSET, yaitu bertemunya antara ekspektasi dengan apa yang di-deliver, bahkan sering memberikan lebih tinggi/besar dari target yang ditetapkan (bukan saja kuantitatif, tetapi juga kualitatif berupa ide-ide cemerlang maupun inisiatif-inisiatif penyelesaian masalah/pembaharuan). Productive asset pasti ‘dijaga’ perusahaan, diperhatikan, dan diperlakukan secara khusus, termasuk di dalamnya jenjang karier dan kompensasi & benefit. 
  • IDDLE ASSET, suatu kondisi dimana perusahaan mengakui kapasitas seseorang, tetapi belum dioptimalkan (baca = belum ditempatkan di tempat yang tepat pada waktu yang tepat). Ini PR bagi perusahaan. Pejabat-pejabat berwenang dan terkait akan berpikir keras bagaimana meng-optimalkan aset penting ini. 
  • BROKEN ASSET, situasi dimana sebenarnya kita tidak lagi berdaya guna bagi proses keberlangsungan apalagi pengembangan perusahaan. Ada 2 (dua) penyebab:
  1. Salah kita sendiri, yang tidak mengikuti perubahan dan oleh karenanya tidak belajar dengan cara kerja yang baru; kita sibuk bekerja yang menurut kita benar, tetapi bukan itu yang dibutuhkan perusahaan saat ini. Sampailah kita pada suatu situasi ‘tidak penting’ dan ‘tidak diperlukan” lagi.
  2. Perubahan orientasi bisnis perusahaan, mengakibatkan fungsi-fungsi atau peranan tertentu yang tidak diperlukan lagi.
Kalau kita masuk dalam kondisi ini, kita bukan lagi aset –apalagi terpenting– dalam perusahaan, kita berubah menjadi BIAYA TIDAK RELEVAN. Dan pasti perusahaan sedang memikirkan bagaimana melepaskan aset jenis ini.

Pendapat-pendapat diatas sangat masuk di akal dan secara logika semua alasan tersebut tepat, semoga bermanfaat bagi teman-teman
Tulisan ini tidak berpretensi untuk menguraikan bagaimana terhindar dan menyelesaikan kasus per kasus, hanya sekedar mencoba sharing atas kalimat “Aset tertinggi perusahaan”,
setelah membaca tulisan ini sebaiknya kita lah yang memutuskan ingin menjadi karyawan yang seperti apa yang kita mau, tetapi alangkah baiknya jika kita dapat menjadi karyawan yang dianggap perusahaan sebagai Productive Asset.

Terimakasih........


Best Regards
Febriyanto Liu

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar